Kanda Pat adalah Empat Teman : Kanda = teman, Pat = empat, yaitu kekuatan-kekuatan HYANG WIDHI yang selalu menyertai roh (Atman) manusia sejak embrio sampai meninggal dunia mencapai Nirwana.
TANAM ARI-ARI PENUHI JANJI SANG BAYI
--------------------------------------------------------
Layaknya bayi, ari-ari juga seharusnya dirawat. Karena sang jabang bayi telah terikat janji.
Dalam Manawa Dharma Sastra 11.27 tersurat mengenai upacara Garbha Homa. Ada mitologi menceritakan bahwa bayi dalam kandungan di emban oleh Bhatara Çiwa, ini merupakan pengejewantahan dari konsep Hindu yang mengatakan bahwa Tuhan melindungi semua ciptaanNya.
Dalam Manawa Dharma Sastra 11.27 tersurat mengenai upacara Garbha Homa. Ada mitologi menceritakan bahwa bayi dalam kandungan di emban oleh Bhatara Çiwa, ini merupakan pengejewantahan dari konsep Hindu yang mengatakan bahwa Tuhan melindungi semua ciptaanNya.
Dalam Lontar Angastia Prana diceritakan bahwa dalam kandungan (buana alit) saat mencapai sembilan bulan terjadi dialog antara Sanghyang Titah (Çiwa) dengan si jabang bayi. Bahwa ‘rumahnya’ dalam kandungan sang ibu itu hanyalah sementara dan menunggu saatnya Sanghyang Tuduh memerintahkan untuk lahir ke dunia. Namun, si jabang bayi justru takut menjelma ke dunia. Karena dianggap hidup di dunia ini penuh tantangan. Namun setelah dijelaskan oleh Bhatara Çiwa bahwa lahir ke dunia adalah untuk mencapai peningkatan diri guna mencapai kedekatan dengan Hyang Widhi maka mengertilah dia tujuan lahir ke alam fana ini. Dengan saran Bhatara Çiwa tersebut maka sang jabang bayi minta bantuan pada Sang Catur Sanak (saudara empatnya) yaitu ari-ari (plasenta), yeh nyom, lamas, dan darah.
Empat unsur inilah saudara sejati dari manusia yang lahir dan hidup sampai mati kelak. Maka terjadilah perjanjian akan saling tidak melupakan antara mereka. Yakni, nanti begitu saat di tuduh untuk lahir maka yeh nyom membukakan cupu manik sang ibu, darah memberikan tenaga (bayu), lamas memberikan zat pelicin, dan ari-ari (plasenta) mendorong keluar, dengan kerja sama yang sempurna lahir bayi ke dunia ini untuk mengembangkan dirinya serta membuka misteri dunia ini. Akibat dari perjanjian inipula, apapun upacara dan apapun yang diberikan pada si bayi selayaknya diberikan pula pada tempat ari-ari ditanam. Misalnya saat si bayi dimandikan selayaknya tempat ari-ari tersebut juga disiram. Saat bayi diberi makan, seharusnya di ari-ari tersebut juga dihaturkan makanan--->ngejot.
Sebelum ditanam ari-ari di bersihkan dengan air biasa kemudian dengan air kembang telon (kum-kuman). Lalu dimasukkan dalam kelapa yang sebelumnya ditulis aksara Ah, bagian belahan bawahnya ditulis aksara Ang. Setelah disatukan pada bagian sambungan ditulis aksara Ongkara yang bermakna agar Sang Catur Sanak selalu mohon kekuatan Hyang Widhi untuk melindungi sang bayi dalam kehidupannya di dunia.
Kenapa menggunakan kelapa, Mangku Wiguna mengungkap dalam mitologi Hindu disebutkan bahwa kelapa itu adalah perwujudan kepala Dewa Brahma. Salah satu dari lima kepala Dewa Brahma diambil oleh Hyang Pramesti Guru dan dijadikan kelapa. Oleh karenanyalah Dewa Brahma berkepala empat dan dipuja sebagai Dewa Brahma Catur Muka. Dan dengan pemakaian kelapa tersebut adalah agar spirit dari Sang Catur Sanak dapat berguna untuk membantu si bayi mengembangkan kreativitas hidupnya agar bermakna dalam hidup ini. Tercapainya Dharma, Artha, Kama sebagai landasan umum mencapai tujuan akhir yaitu moksa.
Sebagai catatan penting, yang perlu diperhatikan saat menanam ari-ari adalah letak menanamnya. Jika anak yang lahir laki-laki kelapa tersebut ditanam disisi kanan pada pintu keluar (posisi menghadap keluar rumah). Jika yang lahir perempuan maka ari-arinya ditanam disebelah kiri. Sebelumnya kelapa kelapa tersebut dibungkus dengan kain putih. Ujung kain disatukan, diisi satu buah kwangen dengan uang kepeng bolong Bali tujuh biji kemudian diikat dengan benang tukelan Bali. Dilengkapi dengan bekel ari-ari yaitu daun lontar yang telah ditulisi huruf Bali. Secara umum isi dari sesuratan tersebut adalah mohon perlindungan pada Ibu Pertiwi dan mohon agar Ibu Pertiwi berkenan mengantarkan Sang Catur Sanak dan si jabang bayi menuju jalan yang ditentukan oleh Sang Pencipta. Lebih lanjut, Jero Mangku Yatna Wiguna mengungkap soal ukuran sesuratan yang akan dipakai. Dikatakannya, ukuran sesuratan tersebut sebaiknya dengan panjang satu jengkal dan lebar dua jari dan berlubang tiga. Pada lubang atas diikat dengan benang berisi uang kepeng Bali tiga biji.
Usai membuat sesuratan, semua sarana ditimbun. Setelah ditimbun, diatasnya ditanam pohon pandan berduri. Dalam mitosnya yang diambil dari cerita Dewi Adnyaswari disana diceritakan bahwa tetesan darah dari anak Catur Sanak tersebut tumbuh menjadi tanaman yang berduri. Selain itu makna memberi pandan juga dimaksud sebagai senjata untuk melindunginya. Kemudian ditindas dengan batu besar yang rata permukaannya. Di sebelahnya ditancapkan sanggah crukcuk dengan upacara banten peras telung sayut, penyeneng dan tumpeng pancawarna, sekar sarwa miik. Dan upakara untuk Catur Sanak berupa segehan kepelan Catur Warna, lauknya bawang jae diisi sedikit garam dan satu tangkih berisi sedikit beras, porosan, benang Bali dan dua biji uang kepeng dengan sampeyan plaus. Adapun maksud dari sanggah crukcuk ini adalah sebagai stana Sang Hyang Prajapati. Sedangkan untuk upakara si bayi yaitu nasi muncuk kuskusan dan dapetan satu tanding. Kemudian pada ari-ari tersebut didampingi dengan lampu minyak yang berfungsi sebagai penerangan dan pembakaran guna sama-sama meningkatkan kesucian antara bayi dan Catur Sanaknya. Ditambahkan, sebaiknya menggunakan lampu yang memakai minyak kelapa.
Menurut "Ida Pandita Nabe Sri Bhagawan Dwija Warsa Nawa Sandhi" Menjelaskan Kanda Pat adalah Empat Saudara/Teman : Kanda = teman, Pat = empat, yaitu kekuatan-kekuatan Brahman yang selalu menyertai roh (Atman) manusia sejak embrio sampai meninggal dunia mencapai Nirwana. Sesuai Kitab Suci Lontar Tutur Panus Karma, nama-nama Kanda Pat Berubah-ubah menurut keadaan / usia manusia:
Usia Manusia | Kanda 1 | Kanda 2 | Kanda 3 | Kanda 4 |
Kandapat Rare: | ||||
Embrio | Karen | Bra | Angdian | Lembana |
Kandungan 20 hari | Anta | Prata | Kala | Dengen |
Kandungan 40 minggu | Ari-ari | Lamas | Getih | Yeh-nyom |
Lahir, tali pusar putus | Mekair | Salabir | Mokair | Selair |
Kandapat Bhuta: | ||||
Bayi bisa bersuara | Anggapati | Prajapati | Banaspati | Banaspatiraja |
Kandapat Sari: | ||||
14 tahun | Sidasakti | Sidarasa | Maskuina | Ajiputrapetak |
Bercucu | Podgala | Kroda | Sari | Yasren |
Kandapat Atma: | ||||
Meninggal dunia | Suratman | Jogormanik | Mahakala | Dorakala |
Kandapat Dewa: | ||||
Manunggal (Moksa) | Siwa | Sadasiwa | Paramasiwa | Suniasiwa |
Bentuk-bentuk kandapat yang dapat dilihat dan diraba secara nyata adalah ari-ari, lamas, getih dan yeh-nyom. Setelah mereka dikuburkan (segera setelah bayi lahir) maka perubahan selanjutnya adalah abstrak (tak berwujud) namun dapat dirasakan oleh manusia yang kekuatan bathinnya terpelihara.
Bagan di atas dapat juga dibaca terbalik dengan pengertian sebagai berikut:
Hyang Widhi mewujudkan diri menjadi empat manifestasi, kemudian keempatnya itu yaitu:
- Hyang Siwa selanjutnya mewujudkan dirinya menjadi ari-ari
- Hyang Sadasiwa mewujudkan diri sebagai lamas
- Hyang Paramasiwa mewujudkan diri menjadi getih, dan
- Hyang Suniasiwa mewujudkan diri menjadi Yeh-nyom.
Keempat teman yang abstrak ini menyertai terus sampai manusia mati dan rohnya menghadap ke Hyang Widhi. Mereka juga menjaga dan melindungi roh, serta mencatat sejauh mana atman (roh) terpengaruh oleh indria keduniawian. Semua pengalaman hidup di record (rekam) oleh Sang Suratman (Kandapat Atma/Saudara 1) yang dahulu berbentuk ari-ari. Inilah catatan subha dan asubha karma yang menjadi penilaian dan pertimbangan kesucian roh untuk menentukan tercapainya moksa (bersatunya atman-brahman) ataukah samsara (menjelma kembali). Kandapat ada dalam diri/ tubuh manusia, namun ketika tidur, kandapat keluar dari tubuh. Maka mereka perlu dibuatkan pelinggih berupa "pelangkiran" di kamar tidur, tempat bersemayamnya kanda pat ketika kita tidur pulas.
Demikian penjelasan dari "Ida Pandita Nabe Sri Bhagawan Dwija Warsa Nawa Sandhi"
Sumber :
http://www.babadbali.com/pustaka/ibgwdwidja/ibd.php?id=26
http://artikelbali.blogspot.com/2007/07/tanam-ari-ari-penuhi-janji-sang-bayi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar