Jumat, 10 Mei 2013

GOLPUT Bukanlah Pilihan Tapi Keraguan


Pesta demokrasi sudah hadir di depan mata, banyak yang mengatakan PILPRES, PILGUB, PILBUP ataupun PILKADA (pemilihan kepala daerah) adalah proses berdemokrasi yaitu masyarakat dalam memilih pemimpinnya melalui PEMILU (Pemilihan Umum) dengan asas LUBER (Langsung, Umum, Bebas , dan Rahasia).

Di beberapa media social (Facebook Group , twitter, forum) pun marak diskusi tentang politik jelang pilkada ini. Ada yang mengatakan ayo golput / golongan putih (abstain/tdk memilih/memilih semua kandidat/buang suara) karena belum ada kandidat yang sesuai hati nuraninya.

Ada Pula yang menolak Golput dan mengajak masyarakat di social media untuk ambil peran dalam pesta demokrasi dengan melihat bahwa Golput itu merugikan masyarakat sendiri, dengan penjabaran:

*) PEMILU dilakukan oleh Uang rakyat , karena diambil dari APBD/APBN untuk pengadaan kotak suara, kartu pemilih, bayar petugas KPPS, Banwaslu, dll.
*) Bila Uang rakyat sudah dikeluarkan, namun tetap golput maka hak masyarakat dalam memilih pemimpinnya sudah hilang.
*) Pemilu dilakukan 5 th sekali, untuk memberikan ruang bagi rakyatnya menjadi cerdas dalam memilih kandidat yang ada, dimana sudah diverifikasi oleh KPU/KPUD.
*) Jaman dahulu memilih pemimpin melalui Dewan Perwakilan Rakyat (wakil) namun rakyat protes, katanya tidak demokratis, namun jaman sekarang giliran rakyat diberikan memilih Langsung pemimpinnya malah golput (membuang suaranya).
*) Satu orang satu suara (1 Human 1 Vote) itulah yang tepat dalam mencegah Golput, karena apabila golput dalam pilkada tinggi pun, tetap saja ada Kandidat yang akan menang dan kalah. Lalu apakah suara golput itu diakomodir oleh KPU ? apakah Golput tinggi akan Pemilu ulang ? apakah golput akan menampar sisi moral pemenang agar malu & tahu diri ? ternyata Jawabannya TIDAK. Inilah yang membuat golput itu merugikan masyarakat itu sendiri, karena suka tidak suka, mau tidak mau dalam 5 tahun kepemimpinan , masyarakat akan merasakan dampaknya (walaupun saat itu pilihannya golput).

Bila kita melihat dalam memilih pemimpin, kita pun harus mengetahui kriteria ataupun sepak terjangnya (portfolio) bahkan pengalamannya tiap kandidat. Seperti Pilkada 15 mei 2013 mendatang (pilgub/pemilihan Gubernur) Propinsi Bali  dan Pilgub Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) putaran kedua tanggal 23 Mei. Pilihan kembali kepada rakyat & saksi yg mengawal proses demokrasi Pemilu (perhitungan suara) "1 human 1 vote" , no vote = golput = sia-sia.

Untuk memilih pemimpin di BALI,  beberapa hal dasar yang umum diantaranya mencakup :

1. Programnya benar dirasakan masyarakat
2. Memiliki arah yang jelas & terinci
3. Benar-benar melayani rakyat
4. Lebih mementingkan kepentingan rakyat dari pada golongan.
5. Menjaga keamanan Bali karena event internasional banyak dilaksanakan.(bila ada event pasti PAD bali masuk)
6. Penyaluran PAD (Pendapatan Asli Daerah) benar dan tepat sasaran
7. Figur yang kuat akan membawa Bali Astungkara menjadi baik.
8. Mampu berkomunikasi dengan pemerintah Pusat

Bila ditelaah lebih lanjut, ada pula 5 aspek penting dalam masyarakat bali diantaranya : Pariwisata (SosBud), Keamanan, Kesehatan, Pendidikan, Ekonomi. Sehingga dalam tiap bidang tersebut, dalam melihat setiap figur pemimpin pasti selalu ada plus dan minusnya. Oleh karena itu, maka carilah yang banyak nilai plus diantara nilai minusnya , agar energi plus banyak mengalir ke Bali. Seperti contohnya lihatlah sepak terjangnya, portfolio bukti kepemimpinannya, kemampuan / skillnya serta profilnya.

Kriteria khusus lainnya pemimpin Bali ideal bila kita rinci dan bedah satu persatu pemimpin itu (sesuai topik MDGs / Millenium Development Goals) :

*) Siapakah ia ?
*) Bagaimana Profilnya ?
*) Selama ini pengalamannya apa saja ?
*) Sudahkah terbukti membawa arah perubahan yang baik ?
*) Benarkah APBD tersalurkan dengan baik dan pengawasan yang benar ? (walau sesuai data berita menyatakan dari 33 propinsi kasus KPK, Prop. bali 3 dari terbawah), ini brarti kebocoran sedikit dan PAD benar tersalurkan dengan baik ke program rakyat, tidak ke kantong-kantong golongan.
*) Pemimpin yang kuat bisa mempengaruhi Legislatif dari berbagai warna Bendera partai.
*) Bila sudah program pro rakyat dari Eksekutif terencana dengan baik namun Legislatif tidak mendukung, maka rakyat akan menilai sendiri apa motifnya.
*) Unsur 5 C pasti dilihat. (Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition)
*) Mampu berkomunikasi di berbagai level (internasional, lokal, atas, menengah, bawah)
*) Memperoleh reward/penghargaan, apresiasi dari berbagai pihak baik lokal (dlm negeri) dan interlokal (luar negeri).
*) Menjaga sistem agar tetap berjalan dengan baik.
*) Mau membuka diri berkomunikasi dengan rakyat, rutin selama masa kepemimpinan 5 tahun tersebut, (simakrama, open house, lewat pin BB, nomor handphone, youtube, dll)

Bila Anda mau merubah Bali, ambilah peran dalam dunia politik. Seperti kata Bapak Basuki yang akrab disapa Ahok dalam video berikut ini : http://www.youtube.com/watch?v=imoAXnGOpKg

"Kita harus Mengambil bagian dalam dunia Politik ini , kalau Anda tidak berpartisipasi dalam politik maka yang Jahat Akan Menguasai APBN dan APBD.  Syarat kita dalam berpolitik sangat sederhana. Ada 3 syarat : Bersih, Transparan dan Profesional." Masihkah Anda akan golput, tidak memilih, dan membuang hak suara karena suara Anda sudah dijamin oleh Undang-Undang?

Di dalam kepemimpinan suatu daerah itu, ada 3 pilar berperan Penting : Legislatif (Dewan) , Eksekutif (Pelaksana Program), dan Yudikatif (Hukum dan keamanan). Kenapa demikian ? karena tanggung Jawab ketiga elemen itulah yg berperan atas kesuksesan suatu kepemimpinan daerah. Bila salah satu pilar disudutkan maka pilar lainnya pun akan berperan "check & balance", karena semua saling kait mengait layaknya Trias Politica.

Trias Politika berasal dari bahasa Yunani (Tri=tiga; As=poros/pusat; Politika=kekuasaan) yang merupakan salah satu pilar demokrasi, prinsip trias politika membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yang sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances. Hasil kepemimpinan suatu daerah pun harus ada indikatornya (alat ukur). Seperti pelaksanaan tugas dan kewajiban 3 pilar (Legislatif,eksekutif,yudikatif) yang bisa dilihat selama 5 tahun  tiap pilar tersebut :

*) apa tolak ukur yang sudah dilakukan / dikerjakan 3 pilar tersebut ?
*) evaluasi apa yang sudah dilakukan selama ini ?
*) sudahkah membuka ruang informasi kepada public  minimal komunikasi ke social media, humas koran, TV, radio ?
*) Agar 3 pilar tersebut tidak merasa dibebani dan membebani maka "ketegasan" diperlukan.
seperti Jokowi maju jadi gubernur jakarta, maka konsekuensi yang diterima partai pengusung adalah bila Beliau terpilih nanti akan fokus bekerja untuk rakyat bukan untuk golongan. sebab usai Pemilu semua "Pemimpin" menjadi milik rakyat dan wajib mengayomi seluruh masyarakatnya.

Maka dari itu dalam pilgub Bali ini, diri kita sendirilah bersama mencari yang terbaik diantara yang sudah ada sekarang, karena tidak ada pilihan lain (KPUD sudah mengetok Palu kandidat hanya 2 pasang untuk Pilgub bali 2013), minimal yang lebih menyentuh langsung ke masyarakat, programnya jelas dan terinci. Sementara di sisi lain, kita sebagai rakyat kembali melaksanakan tugas dan "Swadharma" masing-masing, lalu melihat 5th ke depan apa yang akan terjadi dengan program-program tersebut.
Jadi "Jangan Golput" dengan mengawal pemilu, untuk mendapatkan pemimpin Anda dan mari bersama  Gerakan Dukung "one human one Vote" guna mendapatkan pemimpin yang baik selama 5th. Karena apabila semua rakyat golput maka tetap saja ada menang dan kalah, dan selalu diingat bahwasanya suara golput tidak pernah di akomodir. Sebagai catatan saja yakni banyak  Hasil Pilkada, dimana pemenangnya  tetap saja dilantik walau angka Golput (abstain/tidak beri suara) itu tinggi, nah lalu dimana itu rasa malu ? dimana itu gengsi ? dimanakah pemilu Ulang ? tetap saja 5 thn merasakan dampaknya.
Lebih baik 1 suara dipakai sebaik-baiknya seperti iklan "Setetes Darah Anda sangatlah berarti untuk PMI", Sehingga Undang-Undang mengakui 1 suara rakyat untuk memilih pemimpinnya itu menjadi legitimate.

Dalam komunikasi Politik, teknologi pun menjadi alternatif pilihan. Sebagai contoh yang digunakan oleh Pilpres Obama, Pilgub DKI, dimana mereka membuat ruang seluas-luasnya bagi masyarakat berdiskusi, aktif di social media, menggunakan teknologi broadcast yang ada dalam berkomunikasi. Seorang Pemimpin yang berani membuka komunikasi langsung (direct message) seperti no Handphone nya, emailnya dll maka akan dengan mudah mendapatkan aspirasi langsung dari rakyat.  Banyak sikap dan cara kepemimpinan tiap orang. Jika kita melihat seperti halnya contoh sikap yang dilakukan oleh Jokowi-Ahok (Gubernur & Wagub Jakarta), mereka berani memberikan nomor ponselnya langsung kepada khalayak, sehingga kebocoran-kebocoran dapat diketahui sejak dini. Sudah adakah Pemimpin yang berani seperti itu? Itulah pemimpin yang benar melayani dan tidak mau menutup dirinya.  apakah ruang komunikasi dan teknologi masih dianggap sepele ?? apakah baliho saja Yang mampu menggugah masyarakat dengan 1 jalur komunikasi ? ataukah komunikasi bolak balik yang diperlukan masyarakat saat ini ? Anda sendirilah yang akan mampu menjawabnya.

Komunikasi politik di bidang teknologi pun bisa dimanfaatkan sebaiknya untuk informasi, layaknya social media dengan Like (jempol) fanspage, Twitter dengan Followers, dan Youtube dengan Subcribernya. Disanalah ruang-ruang yang ke depannya akan dipakai oleh masyarakat luas, sebab setiap orang sekarang di genggamannya sudah ada BB, Smartphone, tablet dll.
Sedangkan untuk masyarakat di pelosok, ada radio, poster/baliho, dan nonton TV. Lalu masihkah menolak akan teknologi Informasi dalam berpolitik?? Dengan informasi terus berkembang, pengawasan bisa dilakukan bersama , maka astungkara 5th kemajuan Bali akan banyak berkembang.

Indikasi/dampak golput biasanya mengharapkan pemimpin yang ideal, namun ironisnya masalah krisis kepemimpinan saat ini dialami, dengan karakter "Anak Bali tidak mau menonjol" semuanya mau berada dibalik layar "Man behind the scene" hampir merata kita bisa lihat di warga Bali dan perantauan luar  juga sama, jarang tampil dan berbicara. Satu kata yg sering dibicarakan : " LEK  ATI  NE  KONE " (Malu hati katanya), nah bila sudah begini dimanakah kaderisasi kepemimpinan bisa muncul ? Biasanya yang penting menyame braye (bersaudara), bila dipilih jadi ketua banjar/klian banyak yang menghindar. Hal itu dialami sendiri banyak warga waktu hidup diluar bali. Semoga saja muncul pemimpin-pemimpin muda Hindu Bali yang berani. Bila dilihat untuk level nasional saja, Anak Bali yang mampu berbicara saja bisa dihitung dengan jari, tidak lebih dari 10 orang. Hal itu bisa dilihat (terbukti) dari seringnya muncul di Media TV, radio dan topik-topik hotnews pada website-website.

Kembali lagi ke pemikiran awal : dan berpikir realistis, mampukah perubahan terjadi bila masyarakat "Tidak memberi suara"  mencari pemimpin (bila sikap cuek dan lain sebagainya) ? siapkah berpartisipasi membentuk pemimpin masa depan bila tidak terjun dalam politik ?? apakah mampu mendapatkan pemimpin bila semuanya golput?? apakah Pilkada bakal diulang terus menerus sampai bisa memuaskan semua keinginan masyarakat yang multi kepentingan ? bagaimana dengan biaya yang sudah dikeluarkan oleh KPUD sendiri bila masyarakat banyak yang golput ? ilustrasi yang bisa nampak jelas yaitu satu suara pedagang di peken (pasar) memiliki hak yang sama dengan suara pengusaha. Itulah semangat Gotong Royong dalam musyawarah untuk mufakat mencari pemimpin. Semuanya bersuara dan saling mendukung dari kandidat yang disediakan KPUD.

Dalam melihat Fenomena golput, ini pun tidak sama seperti menKambing Hitamkan ? justru  kita harus berbahagia masih bisa memilih seorang pemimpin karena diakui UU, sebab seandainya bila golput maka sia-sialah suara kita, suatu saat kebijakan yang diambil pemimpin akan tetap berlaku untuk semua masyarakat bahkan golput akan terkena dampaknya juga. Dengan kita bisa memilih dan minimnya golput, maka akan menunjukkan bahwa daerah tersebut memiliki masyarakat yang cerdas dalam berdemokrasi. Sebagai contoh prilaku dengan datang ke lokasi TPS dan meluangkan waktu memberi suara saja, sudah merupakan "ngaturang NGAYAH", mari memberikan suara hanya 5 tahun sekali, pilihlah sesuai Nurani yang mendekati program nyata, karena kita adalah bagian dari masyarakat itu sendiri.

Pengalaman  biasanya paling besar GOLPUT adalah orang-orang yang susah bangun pagi hari, bukan yang menggiring opini publik untuk golput. Beberapa Kategori Golput :
*) yang Golput biasanya telat bangun pagi,
*) yang Golput biasanya malas pulang kampung (karena KTP dirumah)
*) yang Golput biasanya memilih semuanya..

Maka Ayo masyarakat cerdas memilih.
Abstein itu bukan pilihan tetapi Ragu-ragu, hidup dalam keraguan, dan belum yakin atas Keyakinan sendiri dalam memlih pemimpin, sehingga tugas kitalah mencerdaskan pemilih itu dengan social media untuk mencintai daerahnya sebagai salah satu bagian dari Propinsi BALI yang akan dipimpin oleh Gubernur.

Seperti kata Bapak Made Nurbawa (alumni KMHDI) di suatu Media Facebook, disamping memilih, pemilih juga harus aktif memantau proses pemilihan. Begitupun menurut seorang teman dari tabanan sdr.Putu Yusdiana Putra mengatakan :
"setuju sekali jungkir balikan logika sehingga jadi out of mind , logika macam apapun yang dipakai memback up , golput itu hanyalah suara sekumpulan orang-orang frustrasi yang selalu menyalahkan keadaan, suara orang-orang yang selalu menuntut kesempurnaan , " Tidak Ada Yang Sempurna " and " No One is Perfect. Stop Munafik ! bila sudah tahu tidak ada manusia sempurna kenapa menuntut kesempurnaan dari manusia lainnya. Apa yang anda pikirkan tentang diri anda , apa yang anda pikirkan tentang orang lain , apa yang anda pikirkan tentang pemerintahan ??? apapun yang dipikirkan selama anda memikirkan tentang kesempurnaan , anda mengingkari warisan Tuhan yang diturunkan pada anda & sesama anda yaitu ketidaksempurnaan.

Dari diskusi teman diatas tersebut, bisa dipahami dan juga merasa dalam diri ini ada sifat Rwa Bhineda (sifat Dewata-Raksasa), maka mari bersama kita saling mencerahkan. Kita pun harus membawa golput menjadi beban bersama rakyat yang harus dicerdaskan dalam memilih , bila itu belum sesuai nurani maka carilah yang terbaik diantara yang belum sesuai itu, jadi golput bukanlah pilihan.

Ada pula Perilaku Yang keliru : Ingin adanya perubahan, namun tidak mengambil peran dalam Perubahan itu sendiri (membiarkan suara golput tinggi dengan berharap pemenang malu dan lain sebagainya). Setiap pemilihan golput, 5 th kemudian golput lagi, dan begitu seterusnya, namun meminta perubahan. Opini ini hanya mencoba menyadarkan apa benefit dari golput dan kerugian dari golput itu sendiri.

Bila negeri ini banyak kegelapan, marilah menerangi bersama-sama, memberi pencerahan, mencerdaskan masyarakat, memberi lampu yang terang apa makna dari golput itu sebenarnya. Sebagai gambaran saja, bila banyak 1/4 aksi walkout terjadi, lalu dalam rapat sisa 3/4 hadir, kemudian voting, apakah yang walkout itu sendiri bakal di akomodir ? tidak bukan ? tetap saja disahkan dan berjalan karena sudah ketok Palu, inilah yang berbahaya.

Bapak Made Nurbawa pun mengatakan : "mereka yang sudah ditetapkan sebagai Cagub artinya mereka (kandidat) sudah lolos secara aturan hukum negara. Dimata aturan kita pun tidak berarti "tepat" mengatakan mengapa dia yang lolos jadi cagub? kalau bukan mereka lalu siapa ? Bukankah setiap warga negara boleh Mencalonkan dirinya? asal berani,siap, yakin, punya duit, pendukung dan memenuhi aturan yang berlaku." Menurut beliau, menuju cita-cita Bali menjadi lebih baik tidak selalu harus fokus pada siapa yang jadi calon gubernur. Aturan memungkinkan setiap warga negara melakukan kontrol hukum dan politik, baik saat nyalon, pemilihan maupun saat menjabat. Sepanjang strategi kontrol dilakukan dengan sungguh-sungguh. Kini, dalam tahapan Pilgub KPUD BALI sudah menetapkan 2 paket kandidat. Namun dalam realitas memang Paket Cagub tidak selalu memuaskan masyarakat pemilih. Golput pun merebak dan mewabah. Legitimasi kandidat kurang, dan seterusnya. Terkait dengan wacana ini, ada satu pertanyaan yang belum populer yaitu : "Benarkah Calon Pemimpin muncul/hadir dan dibentuk oleh Rakyat?" atau sebaliknya dibentuk oleh "Kekuasaan atau pemodal?".
Kalau dari rakyat dan merakyat, pasti publik menerima dan Golput menurun. Tapi kalau dari Kekuasaan dan atau Pemodal? maka pertanyaan selanjutnya  KEMANA peran kedaulatan rakyat, hingga bisa sampai gagal menciptakan calon pemimpin yang memenuhi kehendak rakyat dan merakyat?

Saya berpendapat walau banyak bilang negara RI belum ada pemimpin Sempurna, negeri belum berkembang, tapi saya bangga jadi Warga Indonesia Yang Masih Bisa Memilih karena dijamin Undang-Undang, berarti Saya diakui sebagai Rakyatnya. Krisis kepemimpinan dialami oleh semua orang saat ini, fokus pada masalah golput maka fokus juga dalam solusi. Bila hal ditanyakan kepada pihak golput tentang figur pemimpin BALI ideal beserta NAMA nya , belum ada golput yang berani  merespon.
ini brarti apa ? tanya kenapa ?
Bila kita fokus pada masalah fokus juga dong pada solusi. (serta metodologinya)
Kata Bung Ridwan Kamil (TED'x) ambilah peran dalam perubahan, jangan terus menyalahkan Pemerintah, mengeluh sana sini, namun tidak berbuat perubahan (karena tiap tahun golput). "My country is my responsibility" , lakukan metodologi masalah dan lakukan bersama komunitas,
Jangan pernah merubah Dunia Sendirian, sudah gak jaman , rubahlah bersama /berbarengan dari lingkungan sekitar. Itulah kata Bung Ridwan Kamil (TEDx Bandung) dalam video berikut : http://www.youtube.com/watch?v=Gd6RqAXc-1Q

Seperti jika, orang-orang Golput mampu memberikan nama-nama kandidat Pemimpin Hindu Bali ideal terbaik mereka dari 2 pasang yang diusung oleh KPUD Bali saat ini, maka saya akan apresiasi sekali.
Saya pun mencari tahu tokoh Bali kancah Nasional sebagai pendataan saja dan siapa tahu 2018 mereka bisa jadi pilihan diantara para GOLPUT saat ini. Sekaligus bisa menambah referensi tokoh-tokoh Hindu Bali juga. Disaat kita mengajak Golput, sudahkah kita menyadari ada figur pengganti yang ideal / cocok untuk Bali itu sendiri ?? jangan-jangan setelah keinginan golput semua tercapai, lalu kemudian tidak ada solusi apapun yang berarti. Pertanyaan kepada pihak Golput pun berlanjut yaitu bisakah tolong diberikan Nama saja tokoh Nasional Hindu Bali yang mungkin dikenal Pantas dipilih selain 2 pasang kandidat yg diajukan KPUD Bali saat ini, siapa ? ternyata sulit sekali pihak golput menjawabnya.
jangan-jangan tidak tahu Tokoh Nasional Hindu Bali saat ini siapa aja.. , wah..wah...
Banyak golput mengatakan Kandidat sekarang belum sreg di hatinya , tapi giliran ajukan Nama untuk pengganti Kandidat sekarang, golput sendiri tidak ada referensi Pemimpin Bali ??

Inilah yang namanya menggoyangkan untuk Golput, ajak beramai-ramai, namun tidak ada solusi pemimpin penggantinya.
ibarat menagihnya Pemimpin yg baik-baik , idealis, namun ditanya balik solusi pemimpin untuk mencari Nama saja bingung, bahkan menghindar. Nah, apakah salah bila  menanyakan nama Pengganti kedua kandidat yang ada dari KPUD Bali sekarang yang mungkin lebih Baik (sesuai sudut pandang golput) ?? berarti kan bagus jika sejak dini didata dan sudah keliatan 3B nya : Bibit. bebet dan bobotnya. Apakah harus menunggu 2018 lagi baru langsung memilih pemimpin ideal?

Lebih prihatin lagi GOLPUT bila tidak memiliki Kader Pemimpin untuk BALI yang ideal, namun menggoyangkan Kandidat yg ada sekarang (2 Pasang dari KPUD). Seandainya bila mosi tidak percaya tinggi lalu keinginan semua golput tercapai , lalu apa konsekuensinya Bagi BALI sendiri ? apakah Bali siap mengajukan nama pemimpin Kandidat yang ideal saat ini ? Bila iya tolong ajukan Nama Pemimpin BALI, yang sesuai keinginan Golput, mulai dari : sepak terjangnya, portfolionya, apa yang sudah diperbuatnya untuk Bali, dll. Saya rasa golput pun juga belum berani mengajukan nama Sang Calon diantara kedua kandidat tersebut dari KPUD untuk sebagai pembanding. Jadi pentinglah membentuk dulu Kader Pemimpin untuk Bali, barulah disediakan penggantinya.  Ada beberapa teman di grup Facebook pun sempat saya tanyakan tentang kandidat yang ideal, dan beberapa hanya menjawab sesuai ingatan Tokohnya, Sedangkan banyak pihak golput "no solution Name ideal Leader for Bali."
Maka golput ajukanlah nama pemimpin Bali masa depan ke KPU Prop. Bali, siapkan persyaratan, tampilah jadi yang terdepan , minimal jadi ketua klian dulu, tapi saya rasa banyak nak Bali akan jawabnya "LEK ATI NOKS" dan memilih "man behind the scene" (berada dibalik layar) itu karakter yang saya liat nak bali diluar pulau bali jarang yang berbicara di level nasional.

Waktu terus berjalan, janganlah GOLPUT / tidak memilih atau berbuat apapun. Karena andalah sumber perubahan itu sendiri dan mampu untuk merubahnya bersama-sama. illustrasi Bila PEMILU (5 tahun sekali maka yang diakui Undang-Undang) usia :
17, 22, 27, 32, 37, 42, 47, 52, 57, 62, 67 , 72, 77, 82, 87
sehingga rentang usia manusia hanya bisa memilih sebanyak 11 kali (itupun bila sehat terus) , jadi jangan menyia-nyiakannya.

Kembali lagi one human one vote = satu orang satu pilihan , jangan ragu, dan abstain/golput / buang suara "bila memang mau untuk perubahan" jadilah perubahan itu sendiri (jangan melakukan hal yang sama tiap Pemilu Golput). Walaupun krisis membentuk kader kepemimpinan kedepannya itu menjadi tanggung jawab bersama.
Sebagai contoh sederhana, saat saya tinggal di NTT melihat bila tokoh/warga diminta Berdharma Wacana saja di Pura, biasanya banyak yg menolak.. hadeuuhh.. padahal membicarakan Dharma.. apa mungkin takut dan malunya tinggi sekali ya ?

Pragmatis dan diplomatis mumpung Gratis dan optimis GOLPUT bukanlah pilihan aktivis. Tidak ada yg memaksakan kehendak hanya menyadarkan bahwa satu suara sangatlah berarti "one human one vote".
Jika ingin perubahan , ya Jadilah Proses Perubahan itu sendiri, Jangan tiap 5 tahun Golput  (tidak memilih / abstein).
Yang di Rumah Sakit saja memilih, masak yang Sehat tidak memilih ?
suka tidak suka mau tidak mau, tetap golput adalah rugi sudah buang suara yang dijaminkan Undang-Undang.
Seperti Kata Ampuh Melawan GOLPUT dari Om Google =
"STOP your Complain, START your ACTION, Use Your VOTE"
Golput Bukanlah Pilihan, tapi keraguan.
Yang Tua Saja Memilih , masak yang muda tidak memilih ?? tetap optimis Golput merugikan masyarakat, karena masa depan ada di tangan anda.

OM Ano Badrah Kratavo Yanthu Visvatah
"Semoga Pikiran dan Dukungan Yang Baik Datang Dari Segala Penjuru"
Satyam Eva Jayate .. JAYA..

Rary Triguntara, SKM
==================================
ICT (Information Communication Technology)